wind

PILIHAN


Kreeeng…. Kreeeng……..

Suara alarm hpku berbunyi namun aku tetap saja terlelap di dunia mimpi. Sampai-sampai,

“ Puput!!! Ayo cepat bangun! Kamu sekolah tidak?! Ini sudah jam berapa?! Bentak ibu sambil membangunkanku.

“ Hah?! Sudah jam setengah tujuh!” jawabku dengan nada serak.

Langsung aja aku ambil handuk dan berlari ke kamar mandi. Tidak ada sepuluh menit aku udah keluar dari kamar mandi.enggak kepikiran buat sarapan aku langsung pamitan dengan kedua orang tuaku, dan langsung meluncur ke sekolah.

***

Pulang sekolah aku berjalan sendirian melewati jaln komplek rumahku. Disaat aku lengah, tiba-tiba, guk, guk, guk! Suara anjing dari arah belakang menggong-gong sambil mengejarku!

“ Waduh, ada anjing! Aduh dia ngejar aku!” kataku dengan nada kaget.

Reflek aku ambil jurus seribu kaki. Aku berlari dan terus berlari sampai anjing tadi tak tampak mengejarku lagi.

Akhirnya sampai rumah juga. Ku buka pintu rumah dengan kasar sambil mengumpat. Ibu heran dengan sikapku yang aneh ini.

“ Kesambet apaan tuh anak?” gumam ibu

Ku rebahkan badanku di kasur seolah olah tidak ada beban. padahal tadi aku ngalamin kesialan yang beruntun!. Bayangin aja tadi berangkat sekolah kesiangan, nyampek sekolah telat, belum lagi lari keliling sekolahan empat kali putaran! Abis itu pelajaran sejarah lupa bawa tugas kliping lagi! Ugh,,, belum lagi tadi pas pulang sekolah aku di kejar anjing! Huft,,, sial banget aku hari ini!

“ Puput, ada Fina ni maen ke rumah.” Kata ibu dari luar.

“ Suruh masuk aja, bu!” jawabku dari dalam kamar


“ Hey Put!” sapa Fina

“ Kenapa, Fin?” tanyaku

“ Cuma mau main aja kok.”

“ Oh, gitu”

“ Em, Put, kamu masih ingatkan janji kita sebagai sahabat?”

“ Oh itu, iya dong inget terus.”

***

Yes! Hari Minggu, hari tenang, tidur nyenyak bangun siang! Hehehe…. Biasakan hari libur banyak yang pada males-malesan di rumah. Tapi hari ini nggak kayak biasanya, suasana rumah jadi sibuk. Ayah dan ibu pada sibuk mberesin barang-barang, nggak cuma ayah dan ibu, mas Putra juga sama. Aku jadi tambah heran sama kelakuan orang rumah pagi itu.

“ Ada apa, Put?” ibu menghampiriku

“ Ini ada apa sih Bu, kok pada sibuk?” tanyaku

“ Oia, kamu belum Ibu kasih tahu soal ini. Karena Ibu takut kamu nggak setuju” jawab ibu

“ Terus?”

“ Gini ,Put. Ayah pindah tugas di Surabaya, jadi kita sekeluarga harus pindah di Surabaya.” Terang ibu dengan hati-hati.

“ Apa?! Pindah? Aku nggak mau Bu.” Kataku sambil berlari ke kamar.


Gubraaak!!! Kubanting daun pintu dengan kasar. Aku nggak peduli sama apa kata-kata Ibu. Sekarang aku benar-benar bingung antara dua pilihan. Aku tiba-tiba ingat dengan janji dengan sahabatku. Semalaman aku memikirkan dua pilihan itu agar dapat keputusan yang dapat aku terima baik dan buruknya. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap tinggal di Semarang.

***

Di sekolah, aku menceritakan semuanya kepada Fina. Dan dugaanku ternyata benar, dia begitu kecewa ketika mendengar aku akan pindah. Tetapi begitu aku selesai menceritakan semuanya, dia berubah menjadi bahagia.

“ Makasih ya, Put… kamu emang sahabat terbaikku!” kata Fina sambil memelukku.

“ Iya sama” jawabku sambil membalas pelukannya

***

Akhirnya Ayah, Ibu, dan Mas Putra berangkat ke Surabaya. Dan aku tetap tinggal di rumah bersama si Mbok.

Selang tujuh bulan, ku lalui hari-hari bersama si Mbok dan sahabatku, dan tentunya tanpa orang tua dan kakak.

Kriiiing…….

Suara telpon berdering, langsung kuangkat gagang telepon,

“ Hallo Put, kamu mau kan nemenin aku beli kado buat aku ultah? Mau ya… aku janji ini yang terakhir kalinya aku minta kamu nemenin aku deh” sahut Fina panjang lebar tanpa terputus.

“ Oke, oke. Jam sepuluh ya”

“ Aku jemput kamu ya.”


Di pusat belanja Fina sibuk memilih barang-barang buat ulang tahunnya. Sedangkan aku malah jadi pembantu dadakannya. Sehabis Fina bayar semua barang yang dibelinya, kita langsung menuju tempat parkir. Di tempat parkir, aku bertemu dengan Tante dan Omku. Otomatis aku harus ikut Om dan Tanteku makan siang, dan Fina pulang sendirian dengan motornya.

Sore aku baru nyampek rumah, tadi di ajak ke rumah Omku dulu, oleh karena itu sore baru nyampek rumah. Tiba-tiba si Mbok memberitahuku kalau tadi aku dapet telepon dari orang tuanya Fina. Memberitahuku kalau Fina tadi siang kecelakaan motor waktu pulang dari pusat belanja. Dan sekarang Fina ada di ICU. Aku kaget dan langsung bergegas menuju ke Rumah Sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, aku langsung menemui kedua orang tua Fina dan menanyakan keadaan Fina. Beliau bilang Fina keserempet bis dan di tabrak mobil yang ada di sebelah kanan, yang mobil tersebut berkecepatan tinggi hingga mengerem mendadak dan Fina terpental cukup jauh. Tanpa sadar aku menitikkan air mata saat mendengar cerita dari Ayah Fina. Lalu Ibu Fina menyuruhku untuk melihat kondisi Fina.

Pelan-pelan aku masuk dan melihat sesosok perempuan yang terkujur lemas dengan alat Bantu dan selang yang ada dimana-mana. Aku mendekat ke ranjang sahabatku, dan terus menyalahkan diri sendiri. Kenapa tadi aku tinggal sendiri? Kalau tidak, tidak akan begini jadinya. Aku terduduk diam merenung dan mengingat semua kenangan bersama sahabatku. Ibu Fina menyuruhku untuk makan malam, dan aku langsung ke kantin untuk makan. Di kantin ketika aku sedang makan, tiba-tiba adik Fina menemuiku dengan wajah cemas campur sedih.

“ Kak, mbak Fina uda nggak ada…” kata adik Fina

“ Apa?!” sentakku kaget. Langsung saja aku berlari melewati lorong-lorong rumah sakit, dan nggak peduli sama apa kata orang yang liat tingkahku.

Aku terdiam sebentar di muka kamar Fina, lalu ku kuatkan langkah masuk ke ruangan tempat Fina terbaring. Di dalam aku merasakan suasana haru terasa. Sampai-sampai Ibu Fina nggak sadarkan diri, dan Ayahnya menangis sambil menyadarkan Ibunya. Aku terpaku dan tak sadar jika sahabatku sudah lelah untuk menemani hari-hariku lagi.

***

Tiba hari pemakaman Fina, tepat dengan hari ulang tahunnya. Teman-teman dan saudara Fina hadir di pemakaman. Aku melihat Ibunya menangis, dan Ayahnya terdiam iklas melepas kepergian Fina.

Selesai pemakaman, ibu Fina menghampiri aku dan memberikan titipan terakhir dari Fina. Aku membuka kertas kado hitam pekat dihiasi pita putih. Ternyata isinya foto kita berdua, dan kata-kata terakhir, kalau dia sudah lelah menemaniku di hari-hariku. Dia menulis ini malamnya sebelum kecelakaan maut.

Pulang dari pemakaman, aku langsung membereskan semua barang ku sampai tidak tersisa. aku bermaksud akan menyusul Ayah, Ibu, dan Mas Putra di Surabaya. Karena hari-hariku sudah habis di Semarang, dan saatnya untuk menjalani hari-hari di Surabaya, dengan menemukan sahabat baru tetapi akan selalu mengenang sahabat lama sampai kapanpun…


TAMAT

ARWINDI PUTRI

XI. IA. 3

7

Label: | edit post
0 Responses